Home > News

China Bangun Stasiun Satelit Baru di Antartika, Amerika Cs Mendengus

AS khawatir stasiun digunakan untuk menargetkan pesawat ruang angkasa mereka dan negara lain.
Lepas landas Long March 2C dari Taiyuan membawa satelit observasi laut Haiyang-1D China pada 10 Juni 2020. Foto: CASC
Lepas landas Long March 2C dari Taiyuan membawa satelit observasi laut Haiyang-1D China pada 10 Juni 2020. Foto: CASC

ANTARIKSA -- China akan membangun fasilitas stasiun bumi yang baru ke pangkalan penelitian Zhongshan di Antartika untuk mendukung akuisisi data satelit. Hal itu dilaporkan surat kabar resmi industri luar angkasa, China Space News pada Kamis, 2 Februari 2023.

Anak perusahaan dari China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC), kontraktor pertahanan dan ruang angkasa raksasa milik negara itu, memenangkan tender untuk membangun sistem satelit observasi laut. Proyek ini diawasi oleh National Satellite Ocean Application Service (NSOAS) dan dinyatakan sebagai bagian dari rencana pembangunan ekonomi kelautan jangka panjang.

Render dari proyek senilai 43,95 juta yuan atau 6,52 juta dolar AS menunjukkan ada empat antena tertutup kubah yang akan dibangun di Zhongshan di Antartika Timur. Tidak diketahui apakah kubah tersebut benar-benar baru atau tambahan untuk antena yang sudah dipasang di pangkalan.

Antena tersebut akan membantu perolehan data dari satelit China yang mengorbit di orbit kutub dan dekat kutub. Satelit di orbit ini terlihat di dekat kutub beberapa kali sehari, memungkinkan peluang lebih sering untuk downlink dibandingkan dengan stasiun di garis lintang yang lebih rendah.

China telah meluncurkan delapan satelit observasi laut seri Haiyang ke orbit sinkron matahari antara tahun 2002 dan 2021. Adidaya baru di antariksa itu bahkan merencanakan lebih banyak satelit di tahun-tahun mendatang. Menurut kontraktor ruang angkasa utama China, CASC, Satelit Haiyang-3 generasi baru dijadwalkan meluncur tahun ini.

Amerika Cs Mendengus

Penyebaran stasiun bumi China secara internasional telah menimbulkan kekhawatiran, khususnya pembangunan di Amerika Selatan. Amerika Serikat (AS) menilai, meski memiliki penggunaan sipil yang jelas, jaringan itu dapat digunakan untuk memata-matai, memantau, dan bahkan berpotensi menargetkan pesawat ruang angkasa AS dan negara lain. Kekhawatiran itu termuat dalam laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional AS pada Oktober 2022.

Menurut laporan tersebut, konstruksi baru yang direncanakan di stasiun Zhongshang, dapat memicu kekhawatiran China akan dapat menerima penginderaan jarak jauh, cuaca, pengawasan, dan data lain yang dapat digunakan untuk keperluan militer lebih cepat dari sebelumnya.

Faktanya, negara lain dengan stasiun penelitian di Antartika juga memiliki stasiun bumi, termasuk AS dan Jepang. Bahkan stasiun bumi komersial juga telah berdiri di sana.

Stasiun bumi adalah infrastruktur utama yang diperlukan untuk mengoperasikan pesawat ruang angkasa, memfasilitasi pertukaran data dan perintah dari bumi. Namun, keberadaan stasiun bumi cenderung menjadi area kontes lain dalam akses kekuatan luar angkasa.

Hambatan geopolitik dan geografis membuat akses China ke dukungan stasiun bumi terkadang terbatas. Perusahaan Luar Angkasa Swedia (SSC) pada 2020 menyatakan, mereka tidak akan lagi memperbarui kontrak untuk membantu China dengan stasiun bumi.

Tingkat peluncuran China ke antariksa telah meningkat secara dramatis selama beberapa tahun terakhir. Hal itu meningkatkan kebutuhan China akan infrastruktur pendukung stasiun darat. Negara itu melakukan 19 peluncuran orbit pada 2015, dan tahun lalu mencoba 64 peluncuran, mengirim lebih dari 180 satelit ke orbit. Tahun ini, CASC sendiri merencanakan lebih dari 60 peluncuran yang membawa lebih dari 200 pesawat ruang angkasa. Sumber: SpaceNews

× Image