Home > Sains

Ilmuwan Ini Jelaskan Bagaimana NASA Membunuh Alien di Mars 50 Tahun Lalu

Eksperimen yang dilakukan oleh pendarat Viking disebut secara tidak sengaja membunuh mikroba yang hidup di bebatuan Mars.
Cuplikan sebuah film tentang mengunjungi planet lain seperti Mars. Gambar: themoviedb.org
Cuplikan sebuah film tentang mengunjungi planet lain seperti Mars. Gambar: themoviedb.org

ANTARIKSA -- Seorang ilmuwan mengklaim Badan Antariksa Amerika (NASA) telah menemukan kehidupan di Mars secara tidak sengaja hampir 50 tahun yang lalu. Secara tidak sengaja juga, NASA membunuhnya sebelum menyadari kehidupan alien seperti apa itu.

"Setelah mendarat di Planet Merah pada tahun 1976, para pendarat Viking NASA mungkin telah mengambil sampel bentuk kehidupan kecil tahan kering yang bersembunyi di dalam batuan Mars," ungkap Dirk Schulze-Makuch, ahli astrobiologi di Technical University Berlin, dalam artikelnya untuk Big Think pada 27 Juni 2023.

Schulze-Makuch mengatakan, jika bentuk kehidupan ekstrem itu ada, eksperimen yang dilakukan oleh para pendarat itu kemungkinan telah membunuh mereka sebelum teridentifikasi. Sebab, pengujian tersebut akan membuat mikroba potensial ini kewalahan.

"Ini adalah suatu kesan yang pasti akan dianggap provokatif oleh sebagian orang. Namun mikroba serupa memang hidup di Bumi dan secara hipotetis bisa hidup di Planet Merah, sehingga mereka tidak bisa diabaikan begitu saja," kata Schulze-Makuch.

Klaim itu mendapat tanggapan beragam. Para ahli lain ragu apakah klaim baru tersebut hanyalah khayalan yang tidak masuk akal atau mungkin merupakan penjelasan yang menarik untuk beberapa eksperimen masa lalu yang selama ini membingungkan.

Eksperimen Viking NASA

Masing-masing pendarat Viking, yaitu Viking 1 dan Viking 2 melakukan empat eksperimen di Mars. Keempatnya adalah eksperimen spektrometer massa kromatografi gas (GCMS) yang mencari senyawa organik atau yang mengandung karbon di tanah Mars; percobaan pelepasan berlabel, yang menguji metabolisme dengan menambahkan nutrisi yang ditelusuri secara radioaktif ke dalam tanah; percobaan pelepasan pirolitik, yang menguji fiksasi karbon oleh organisme fotosintetik potensial; dan eksperimen pertukaran gas, yang menguji metabolisme dengan memantau bagaimana gas yang diketahui merupakan kunci kehidupan (seperti oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen) berubah di sekitar sampel tanah yang terisolasi.

Hasil eksperimen Viking itu membingungkan, dan terus membuat penasaran beberapa ilmuwan sejak saat itu. Eksperimen pelepasan berlabel dan pelepasan pirolitik menghasilkan beberapa hasil yang mendukung gagasan kehidupan di Mars. Dalam kedua eksperimen tersebut, perubahan kecil dalam konsentrasi beberapa gas mengisyaratkan bahwa semacam metabolisme sedang terjadi.

GCMS juga menemukan beberapa jejak senyawa organik terklorinasi, namun pada saat itu, para ilmuwan misi percaya bahwa senyawa tersebut merupakan kontaminasi dari produk pembersih yang digunakan di Bumi. Sementara, pendarat dan penjelajah berikutnya telah membuktikan bahwa senyawa organik itu memang ada secara alami di Mars.

Namun, eksperimen pertukaran gas, yang dianggap paling penting dari keempat eksperimen tersebut, membuahkan hasil negatif. Hal itu membuat sebagian besar ilmuwan menyimpulkan bahwa eksperimen Viking tidak mendeteksi kehidupan di Mars.

Namun Schulze-Makuch yakin sebagian besar eksperimen itu mungkin menghasilkan hasil yang tidak tepat karena menggunakan terlalu banyak air. Untuk diketahui, eksperimen pelepasan berlabel, pelepasan pirolitik, dan pertukaran gas semuanya melibatkan penambahan air ke dalam tanah Mars.

“Karena Bumi adalah planet air, masuk akal jika penambahan air dapat menyebabkan kehidupan muncul di lingkungan Mars yang sangat kering. Kalau dipikir-pikir, mungkin pendekatan itu terlalu berlebihan," tulis Schulze-Makuch.

Kasus seperti itu pernah terjadi di Bumi...

× Image