Home > Ulasan

Manuver ISS dan Pesawat Luar Angkasa Menghindari Sampah Antariksa

Lebih dari 27 ribu puing sampah antariksa terlacak mengapung di orbit rendah bumi.
Puing sampah antariksa di cincin Geostasioner. Satelit yang menua dan ledakan kemudian menjadi puing-puing yang berserakan di orbit rendah bumi. Gambar: ESA
Puing sampah antariksa di cincin Geostasioner. Satelit yang menua dan ledakan kemudian menjadi puing-puing yang berserakan di orbit rendah bumi. Gambar: ESA

ANTARIKSA -- Walaupun berada di ruang hampa, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan pesawat luar angkasa terus mendapat ancaman keselamatan dari puing-puing yang merupakan sampah antariksa. Lebih dari 27 ribu puing sampah antariksa terlacak mengapung di orbit rendah bumi.

Sampah antariksa yang kebanyakan puing kecil bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, sekitar 15.700 mph. Begitu juga dengan pesawat ruang angkasa. Karena itu, sekecil apapun puing, tabrakannya dengan pesawat antariksa akan menimbulkan masalah besar.

Karena itu, Badan Antariksa Amerika (NASA) memiliki standar prosedur dalam penghadapi tantangan tersebut. Manuver penghindaran puing direncanakan ketika kemungkinan tabrakan dari konjungsi mencapai batas yang ditetapkan dalam peraturan penerbangan NASA. Aturan itu berlaku dalam mengoperasikan stasiun dan pesawat ruang angkasa yang mengangkut manusia dan kargo ke dan dari stasiun. Baca: Apa itu sampah antariksa?

Untuk stasiun ruang angkasa, jika kemungkinan tabrakan lebih besar dari 1:100.000, manuver akan dilakukan jika tidak berdampak signifikan terhadap tujuan misi. Jika lebih besar dari 1:10.000, manuver akan dilakukan kecuali akan menimbulkan risiko tambahan bagi awak pesawat.

Manuver penghindaran puing biasanya hanya sedikit dan terjadi dari satu hingga beberapa jam sebelum waktu konjungsi. Manuver stasiun ruang angkasa membutuhkan sekitar 5 jam, mulai dari perencanaan hingga pelaksaan menggunakan pendorong stasiun milik Rusia, atau sistem propulsi di salah satu pesawat ruang angkasa yang berlabuh. Hingga 2021, Stasiun Luar Angkasa Internasional telah melakukan 29 manuver menghindari puing-puing sejak tahun 1999, termasuk tiga manuver pada 2020.

Untuk pesawat antariksa, NASA telah menerapkan penilaian konjungsi dan proses penghindaran tabrakan untuk penerbangan manusia sejak misi pesawat ulang-alik STS-26 pada 1988. Sebelum peluncuran elemen pertama Stasiun Luar Angkasa Internasional pada tahun 1998, NASA dan Departemen Pertahanan (DoD) AS mengembangkan dan menerapkan konjungsi fidelitas yang lebih canggih.

Pada tahun 2005, NASA menerapkan proses serupa untuk aset robot tertentu seperti satelit Sistem Pengamatan Bumi di orbit rendah Bumi, dan Sistem Satelit Pelacakan dan Relai Data di orbit geosinkron. Pada 2007, NASA memperluas proses penilaian konjungsi ke semua satelit NASA yang dapat bermanuver di orbit rendah Bumi dan dalam jarak 200 kilometer dari orbit geosinkron. Baca: Jika Sampah Antariksa Menyerang ISS, Astronot NASA Harus Melarikan Diri

Saat ini, Skuadron Kontrol Luar Angkasa ke-18 Angkatan Luar Angkasa AS (18 SPCS) bertanggung jawab menilai konjungsi untuk semua aset ruang angkasa NASA. Penilaian dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan, yaitu setiap delapan jam untuk pesawat berpenumpang dan setiap hari Senin dan Jumat untuk pesawat robotik. 18 SPCS akan memberi tahu NASA jika ada konjungsi yang memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Space Force menugaskan Space Surveillance Network mengumpulkan data pelacakan tambahan pada objek ancaman untuk meningkatkan akurasi penilaian konjungsi. NASA menghitung kemungkinan tabrakan, berdasarkan jarak yang meleset dan ketidakpastian yang diberikan oleh Angkatan Luar Angkasa.

Berdasarkan aturan penerbangan khusus dan analisis risiko terperinci, NASA akan memutuskan apakah manuver penghindaran tabrakan diperlukan. Jika diperlukan manuver, NASA memberikan data orbit pasca-manuver yang direncanakan kepada Space Force untuk menyaring konjungsi jangka pendek. Proses ini dapat diulangi jika orbit baru yang direncanakan membuat kendaraan NASA berisiko bertabrakan di masa mendatang. Sumber: NASA

× Image