Peluang Asteroid 2023 DW Menghantam Bumi Mengecil, Kiamat 2024 tidak Jadi?
ANTARIKSA -- Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan, kemungkinan asteroid yang baru ditemukan jatuh ke bumi pada 14 Februari 2046 mengecil. Astorid itu berpotensi melenyapkan sebuah kota besar.
Asteroid, yang diberi nama 2023 DW berukuran sekitar 50 meter, pertama kali ditemukan oleh sebuah observatorium kecil Chili pada 26 Februari 2023. 2023 DW dengan cepat melesat ke puncak daftar asteroid NASA dan ESA yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi Bumi.
Hal itu menjadi berita utama yang mengkhawatirkan. Sejumlah orang memperingatkan agar membatalkan rencana Valentine mereka pada 14 Februari 2046.
Akhir Februari lalu, asteroid berpeluang 1:847 untuk menabrak Bumi. Namun, menurut daftar risiko ESA, peluangnya naik menjadi 1:432 pada hari Ahad, 13 Maret 2023.
Terbaru, Kepala Kantor Pertahanan Planet ESA, Richard Moissl mengatakan, kemungkinannya menabrak bumi turun menjadi 1:1.584. "Ini akan turun pada setiap pengamatan hingga mencapai nol paling lambat dalam beberapa hari," katanya kepada AFP pada Selasa, 14 Maret, 2023.
"Tidak ada yang perlu khawatir tentang benda ini," kata dia.
NASA pada Selasa juga menurunkan kemungkinan tabrakan menjadi 1: 770. Artinya, ada kemungkinan 99,87 persen asteroid itu akan meleset dari Bumi.
"Kami cenderung sedikit lebih konservatif, tetapi tampaknya sekarang memiliki kecenderungan menurun," kata petugas pertahanan planet NASA, Lindley Johnson kepada AFP.
Dia mengatakan, wajar jika peluang tumbukan asteroid yang baru ditemukan naik sebelum turun dengan cepat. Ini karena pengamatan baru mengecilkan wilayah ketidakpastian tempat asteroid akan melakukan perjalanan pada titik terdekatnya dengan Bumi.
Saat Bumi masih berada di dalam wilayah ketidakpastian tersebut, kemungkinannya untuk sementara meningkat, sampai pengamatan lebih lanjut mengecualikan Bumi dan kemungkinannya turun menjadi nol. "Seperti yang diharapkan terjadi pada 2023 DW," kata dia.
Bagaimana jika asteroid itu menabrak Bumi?
Seorang ilmuwan di NASA's Center for Near-Earth Object Studies, Davide Farnocchia mengatakan, perbandingan yang tepat untuk dampak asteroid jika menabrak bumi adalah peristiwa Tunguska. Dalam peristiwa itu, asteroid berukuran serupa diyakini telah meledak di atmosfer di atas daerah berpenduduk jarang di Siberia pada tahun 1908.
"Ledakan yang dihasilkan meratakan pepohonan di area seluas sekitar 2.000 kilometer persegi," kata Farnocchia. Sementara London mencakup area seluas sekitar 1.600 kilometer persegi.
Moissl mengatakan, asteroid berukuran 2023 DW akan menciptakan kehancuran regional. Namun, itu tidak akan berdampak besar bagi kehidupan di seluruh dunia.
Asteroid, yang mengorbit Matahari, datang sekitar sembilan juta kilometer dari Bumi selama pendekatan terdekat terakhirnya pada 18 Februari 2023, sepekan sebelum ditemukan. Menurut perkiraan, jika menabrak Bumi pada tahun 2046, ia akan melaju dengan kecepatan sekitar 15 kilometer per detik.
Akan ada sekitar 70 persen kemungkinan ia mendarat di Samudra Pasifik. "Tetapi zona serangan potensial juga mencakup Amerika Serikat, Australia, atau Asia Tenggara," kata Moissl.
Rencana membelokan asteroid 2023 DW
Bahkan jika asteroid sedang menuju ke arah kita, para ahli menekankan bahwa dunia tidak lagi pasrah melawan ancaman semacam itu. Tahun lalu, pesawat ruang angkasa DART NASA dengan sengaja menabrak asteroid Dimorphos berukuran piramida, dan secara signifikan menjatuhkannya dalam tes pertama pertahanan planet kita.
Farnocchia mengatakan, misi DART memberi NASA keyakinan bahwa misi seperti itu akan berhasil melawan DW 2023, jika diperlukan. "Dengan waktu persiapan 23 tahun, ada cukup waktu untuk misi semacam itu direncanakan," kata Moissl.
Misi Hera ESA, yang dijadwalkan diluncurkan tahun depan untuk memeriksa kerusakan DART pada Dimorphos, bahkan dapat digunakan kembali untuk pengintaian DW 2023 jika perlu. Rencana semacam itu tidak akan dipertimbangkan sampai kemungkinan dampak melewati 1: 100. Jika angka kemungkinan itu muncul, maka akan mendapat perhatian dari badan-badan yang didukung PBB seperti Jaringan Peringatan Asteroid Internasional dan Kelompok Penasihat Perencanaan Misi Luar Angkasa (SMPAG).
Tujuan SMPAG adalah mengumpulkan semua orang di tempat yang sama dan menghindari kemusnahan massal seperti yang terjadi dalam sejumlah film. "Film Don't Look Up misalnya, di mana hal-hal bodoh terjadi karena negara tidak berkoordinasi satu sama lain," kata Moissl.
Namun mekanisme pertahanan seperti itu tampaknya tidak diperlukan untuk DW 2023. "Setiap orang harus santai, abaikan tajuk utama (berita) dan cerita yang sensasional, dan perhatikan bagaimana situasi ini terjadi," kata Johnson dari NASA. Namun demikian, kata dia, komunitas pertahanan planet akan terus melihat ke atas! Sumber: Phys.org