Home > Sains

Urasil Pembentuk RNA Ditemukan di Asteroid Ryugu, Menjelaskan Asal Kehidupan di Bumi

Para ilmuwan percaya materi pemicu kehidupan jugan melimpah di luar angkasa.
Animasi asteroid Ryugu yang dibuat dengan gambar dari misi JAXA Hayabusa2. Gambar: JAXA/Universitas Tokyo/Universitas Kochi/Universitas Rikkyo/Universitas Nagoya/Institut Teknologi Chiba/Universitas Meiji/Universitas Aizu/AIST)
Animasi asteroid Ryugu yang dibuat dengan gambar dari misi JAXA Hayabusa2. Gambar: JAXA/Universitas Tokyo/Universitas Kochi/Universitas Rikkyo/Universitas Nagoya/Institut Teknologi Chiba/Universitas Meiji/Universitas Aizu/AIST)

ANTARIKSA -- Untuk pertama kalinya, para ilmuwan menemukan salah satu blok bangunan kunci untuk RNA di sebuah asteroid di luar angkasa. Penemuan ini menunjukkan bahwa cetak biru kehidupan mungkin telah dibawa ke Bumi dari luar planet kita, dan bentuk kehidupan yang belum sempurna juga berada di tempat lain di tata surya.

Ilmuwan Jepang melakukan analisis baru pada sampel yang diambil dari asteroid Ryugu yang berbentuk berlian. Para peneliti menemukan urasil, salah satu dari lima nukleobasa yang menyusun kode genetik kita, bersama dengan vitamin B3 dan sejumlah molekul organik lainnya di permukaan batuan luar angkasa.

Analisis meteorit yang ditemukan di Bumi sebelumnya, mengungkapkan batuan ruang angkasa yang jatuh mengandung lima nukleobasa yang penting untuk membangun kehidupan seperti yang kita ketahui. Namun, para ilmuwan tidak yakin apakah mereka sudah berada di batuan itu sebelum jatuh ke Bumi atau karena meteorit terkontaminasi oleh atmosfer kita.

Tapi analisis terhadap isi Ryugu, yang diambil dari permukaan asteroid, telah memberikan petunjuk penting bahwa kosmos bisa jadi dipenuhi molekul pemicu kehidupan. Para peneliti menerbitkan temuan mereka pada 21 Maret 2023 di jurnal Nature Communications.

"Selama urasil dan nukleobasa lainnya ada di luar angkasa, itu berarti bahan untuk asam nukleat (DNA dan RNA) ada di lingkungan itu," kata penulis utama, Yasuhiro Oba kepad Live Science.

Ahli astrokimia di Universitas Hokkaido Jepang itu mengatakan, sulit untuk mengecualikan kemungkinan bahwa beberapa bentuk kehidupan ada di lingkungan luar angkasa. Lima nukleobasa, yaitu adenin, guanin, sitosin, timin, dan urasil bergabung dengan ribosa dan fosfat untuk membentuk DNA dan RNA. Kedua terakhir adalah struktur seperti tangga yang menyusun kode genetik semua kehidupan di Bumi.

Dari kode itulah sel dibuat, yaitu DNA membuka ritsleting dan ditranskripsi menjadi RNA, dan RNA membuat protein, dan protein pada gilirannya bertindak sebagai mesin mikroskopis yang membangun dan memelihara sel sekaligus menciptakan lebih banyak salinan DNA.

Untuk melakukan pendeteksian pertama, Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) mengirim pesawat ruang angkasa Hayabusa2 dalam perjalanan sejauh 322 juta kilometer ke Ryugu, asteroid berkarbon penuh dengan bahan organik kaya karbon. Menurut para peneliti, sebagian besar pembentuk Ryugu, yang ditumpuk secara longgar seperti kumpulan puing yang berputar, kemungkinan besar berasal dari nebula yang sama yang membentuk matahari dan planet tata surya kita pada 4,6 miliar tahun yang lalu.

Setelah mendarat di asteroid pada tahun 2018, Hayabusa2 mengikis sekitar 5,4 gram dari permukaan Ryugu, kemudian menyimpan material tersebut dalam wadah kedap udara. Ia kemudian meluncur kembali ke Bumi pada lintasan yang telah diatur. Blok bangunan lain untuk kehidupan, termasuk 15 asam amino yang berbeda, juga ditemukan di dalam sampel yang dibawanya.

Bagaimana cetak biru kehidupan pertama kali terbentuk di Ryugu, atau di awan antarbintang dan sisa tata surya kita, belum dipahami dengan baik. Para peneliti percaya asam amino dan nukleotida dapat dibuat ketika es antarbintang disambar dengan sinar kosmik yang kuat, memecah molekul sederhana yang terperangkap di dalamnya dan menyusunnya kembali dalam konfigurasi yang lebih kompleks. Setelah terperangkap di asteroid seperti Ryugu, molekul-molekul ini mungkin akhirnya menumpang ke Bumi melalui tumbukan meteorit, tempat mereka memicu gejolak pertama kehidupan di samudra purba kita.

Ryugu bukan satu-satunya batu luar angkasa yang diselidiki. Pada tahun 2021, pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx milik NASA mengumpulkan sampel batuan dari asteroid lain berbentuk berlian, bernama Bennu. Ketika sampel kembali ke Bumi, tanda-tanda bahan organik yang terkandung di dalamnya memberi petunjuk penting tentang evolusi tata surya dan materialnya, serta petunjuk tentang bagaimana kehidupan muncul darinya. Sumber: Live Science

× Image