Home > News

Tornado Matahari Setinggi 14 Kali Bumi Melontarkan Awan Plasma ke Angkasa

Tornado matahari terbuat dari plasma dan dibentuk oleh medan magnet matahari.
Observatorium Dinamika Surya NASA menyaksikan tornado muncul di atas kutub utara matahari. Gambar: NASA/SDO/komposit oleh Steve Spaleta
Observatorium Dinamika Surya NASA menyaksikan tornado muncul di atas kutub utara matahari. Gambar: NASA/SDO/komposit oleh Steve Spaleta

ANTARIKSA -- Observatorium Dinamika Surya milik NASA mengambil gambar peristiwa besar yang diidentifikasi sebagai 'tornado tertinggi' di tata surya. Awal plasma berputar-putar melintasi kutub utara matahari selama kejadian tersebut.

Filamen puntir dari plasma mendidih terus membuncah di atmosfer matahari selama tiga hari pada pekan lalu. Ia mencapai ketinggian puncak sekitar 120.000 kilometer atau 14 kali Bumi pada Sabtu, 18 Maret 2023, dan kemudian runtuh menjadi magnet awan gas.

SpaceWeather melaporkan, runtuhnya tornado matahari menyemburkan material dari atmosfer matahari ke ruang sekitarnya. Namun begitu, material dari peristiwa itu disebut tidak akan mempengaruhi planet kita.

Banyak astronom amatir mengarahkan teleskop mereka ke kutub utara matahari setelah mengetahui adanya kejadian aneh tersebut. "Kolom plasma setinggi 14 Bumi yang berputar-putar ini menghujani sekumpulan materi pijar seukuran bulan di matahari," tulis astrofotografer Andrew McCarthy melalui twitternya pada Sabtu, 18 Maret.

"Saya tidak bisa membayangkan tempat yang lebih mengerikan (dari itu)," ia menjelaskan apa yang diamatinya.

Matahari cukup produktif selama beberapa hari terakhir. Peramal cuaca luar angkasa Inggris, Met Office menggambarkan aktivitas matahari belakangan dalam kategori sedang, dengan enam bintik matahari yang terlihat di piringan bintang. Bintik matahari adalah area medan magnet padat yang lebih gelap dan lebih dingin di permukaan.

"Bintik-bintik terbesar ini, yang terletak di dekat tepi tenggara matahari, dapat menghasilkan semburan matahari dan letusan plasma dalam beberapa hari mendatang, yang dapat memengaruhi cuaca luar angkasa di sekitar Bumi," kata Met Office.

Selain itu, dua lubang koronal (bukaan di medan magnet matahari ) saat ini ada di atmosfer bagian atas matahari (korona). Dua lubang itu memuntahkan angin matahari yang kencang dalam jumlah besar. Ketika berinteraksi dengan medan magnet Bumi, angin matahari yang merupakan aliran magnet gas dapat memicu badai geomagnetik di Bumi dalam beberapa hari mendatang.

Met Office memperkirakan hanya akan terjadi badai geomagnetik G1 minor. Namun, itu sudah cukup untuk menambah daya tampilan aurora di garis lintang yang lebih tinggi. Sumber: Space.com

× Image