Home > Sains

Rahasia Deimos, Bulan Mars yang Bopeng Kini Terungkap: UEA Unggul Sekali Lagi

UEA unggul sekali lagi dengan menyelesaikan perdebatan panjang astronom tentang asal usul Deimos.
Deimos, salah satu bulan terkecil Mars tertangkap kamera pesawat antariksa Uni Emirat Arab, Hope yang mengorbit Mars. Gambar: Misi Emirates Mars
Deimos, salah satu bulan terkecil Mars tertangkap kamera pesawat antariksa Uni Emirat Arab, Hope yang mengorbit Mars. Gambar: Misi Emirates Mars

ANTARIKSA -- Deimos, satu dari dua bulan yang mengorbit Mars telah memicu banyak perdebatan di kalangan astronom selama ini. Yang tidak selesai adalah soal bobot bibitnya, darimana bulan kerdil yang jelek wajahnya itu berasal.

Namun kini, Deimos tanpa malu memamerkan wajahnya yang bopeng dalam tampilan close-up yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berterima kasihlah pada kemajuan teknologi antariksa dunia Arab yang telah memaksa Deimos berpose di depan kamera.

Deimos dicitrakan oleh misi pesawat antariksa Uni Emirat Arab, Hope, yang mengorbit Mars, dari jarak 100 km. Citra baru yang mencolok ini dirilis pada Senin, 24 April 2023 saat komunitas astronom berusaha mempelajari lebih lanjut tentang dunia kecil yang menarik itu.

"Gambar dan pengamatan ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam pengetahuan kita tentang Deimos , atmosfernya, komposisinya, asal-usulnya, dan apa artinya bagi pemahaman kita tentang Mars secara lebih luas," kata pejabat Mohammed Bin Rashid Space Center, Badan Antariksa UEA, saat mempresentasikan temuan itu di European Geosciences Union pada Senin.

Pengamatan dari Hope pada 10 Maret 2023 menunjukkan Deimos terbuat dari bahan yang sama dengan Mars itu sendiri. Hal itu menunjukkan bulan itu terbentuk pada waktu yang sama dengan Mars, dan bukan asteroid yang ditangkap gravitasi Mars seperti yang diajukan beberapa teori selama ini.

Pengamatan Hope memang mengungkapkan perspektif Mars dan Deimos yang belum pernah dilihat sebelumnya. Selama ini, pengamatan hanya fokus pada Phobos, bulan Mars yang lainnya. "Mars ada di latar belakang (Deimos) dan itu benar-benar mengejutkan," kata pemimpin misi Hope, Hessa Al Matroushi dari Mohammed Bin Rashid Space Center di Dubai kepada Nature.com.

Umat manusia telah menjelajahi Mars selama beberapa dekade, tetapi sebagian besar wahana itu berada di dekat permukaan Planet Merah. Sementara Deimos terkunci secara pasang surut dengan Mars, artinya sisi yang sama selalu menghadap planet. Hal itu membuat wahana di dekat Mars selama ini hanya melihat satu sisi Deimos, sampai Hope tiba di tempat kejadian dan mengintip yang tidak pernah terlihat.

Juga dikenal sebagai Emirates Mars Mission (EMM), Hope diluncurkan pada pertengahan 2020 dan tiba di Mars pada awal 2021. EMM adalah pesawat ruang angkasa antarplanet pertama dari negara Arab dengan tujuan utama menyelidiki perubahan atmosfer Mars. Misi utama itu berhasil dengan UEA merilis peta bola planet merah secara utuh.

Setelah penyelidikan menyelesaikan misi utama itu, tim EMM memutuskan menggunakan propelan ekstra yang tersisa untuk mendorong pesawat ruang angkasa ke orbit yang lebih tinggi di atas Deimos. Hal itu memungkinkan para ilmuwan mencitrakan sisi jauh bulan Mars secara detail untuk pertama kalinya.

Gambar dari penerbangan melayang pertama Hope di Deimos mengungkapkan bulan kecil itu memiliki lebar hanya 12,4 kilometer, atau sekitar setengah panjang Manhattan, New York. Deimos tampak relatif mirip pada berbagai panjang gelombang ultra violet, menunjukkan bahwa ia terdiri dari bahan mirip Mars dan bukan asteroid kaya karbon biasa.

"Jika ada karbon atau organik, kita akan melihat lonjakan panjang gelombang tertentu," kata Al Matroushi.

Fakta ini mengejutkan, karena para ilmuwan sering menganggap Deimos sebagai asteroid yang ditangkap. Sebaliknya, itu tampak seperti bongkahan Mars itu sendiri, yang mungkin pecah akibat tabrakan. Bulan yang indah di Bumi kita kuga diperkirakan terbentuk dari tabrakan serupa, miliaran tahun yang lalu. Tabrakan hipotesesa itu mungkin memberi planet kita satu kesamaan lagi dengan tetangganya yang berbatu merah. Sumber: Live Science/Space.com

× Image