Home > Sains

Serang Balik Jupiter, Saturnus Kembali Merebut Mahkota Raja Bulan

Gelar raja bulan untuk Jupiter hanya bertahan selama tiga bulan.
Gambar Saturnus dari Teleskop Antariksa Hubble pada Juni 2018, menunjukkan enam dari 145 bulan bulan yang diketahui. Satelit alami Saturnus yang terlihat adalah bulan Dione, Enceladus, Tethys, Janus, Epimetheus, dan Mimas. Gambar: NASA, ESA, A. Simon (GSFC) dan Tim OPAL, dan J. DePasquale (STScI).

ANTARIKSA -- Saturnus sudah tidak mungkin bisa merebut gelar planet terbesar di tata surya dari rival abadinya, Jupiter. Sebagai terbesar kedua, Saturnus sudah bangga menjadi raja pemilik bulan di tata surya.

Namun, gelar itu harus direlakan Saturnus pada awal tahun 2023 setelah ilmuwan menemukan sejumlah bulan baru di Jupiter. Kini, Saturnus kembali bangkit dan merebut mahkotanya.

Ya, para astronom kembali menemukan 62 bulan baru yang mengorbit planet bercincin Saturnus. Penemuan satelit alami di tata surya membuat jumlah total bulan di planet itu menjadi lebih dari 100.

Hal itu sekaligus membuat raksasa gas mengambil kembali mahkotanya sebagai raja bulan di tata surya yang sempat dikudeta oleh Jupiter. Pada Februari 2023, ilmuwan mencabut mahkota raja bulan dari Saturnus dan menempatkannya di kepala jumbo planet Jupiter.

Sebelum penemuan ini, Saturnus memiliki 83 bulan yang diakui oleh International Astronomical Union. Saat ini, ia resmi memiliki jumlah total bulan yang mengorbitnya sebanyak 145. Prestasi yang luar biasa untuk sebuah planet. Penemuan terbaru juga menandai tonggak sejarah baru bagi Saturnus, yang menjadikannya dunia pertama di kosmos yang diketahui diorbit oleh lebih dari 100 bulan.

Bulan-bulan baru ditemukan oleh tim yang dipimpin oleh Edward Ashton, seorang postdoctoral fellow di Academia Sinica Institute of Astronomy and Astrophysics. Ashton menggunakan teknik yang disebut shift and stack untuk menemukan bulan-bulan yang lebih kecil dan redup di sekitar Saturnus.

Teknik ini menggunakan serangkaian gambar yang bergeser dengan kecepatan yang sama dengan gerakan bulan di langit untuk meningkatkan sinyal dari bulan tersebut. Bulan yang redup dalam gambar tunggal bisa terlihat dalam gambar bertumpuk yang dihasilkan.

Para astronom telah menggunakan metode ini untuk mencari bulan di sekitar raksasa es Neptunus dan Uranus. Namun, ini adalah pertama kalinya diterapkan pada planet terbesar kedua di tata surya, Saturnus. Terbesar pertama adalah Jupiter.

Data yang digunakan oleh tim dikumpulkan oleh Teleskop Kanada-Prancis-Hawaii (CFHT) di atas Maunakea di Hawaii antara tahun 2019 dan 2021 dalam rentang tiga jam. Data itu memungkinkan para astronom mendeteksi bulan di sekitar Saturnus dengan diameter sekecil 2,5 kilometer.

Meskipun beberapa bulan telah terlihat sejak tahun 2019, dibutuhkan lebih dari sekadar melihat objek yang dekat dengan planet untuk memastikannya bukan asteroid yang hanya lewat di sekitar planet itu. Untuk mengubah objek-objek ini dari status 'diduga bulan' menjadi bulan yang terkonfirmasi, para astronom harus melacaknya selama beberapa tahun. Selain memastikan itu bukan asteroid, ilmuwan juga harus memastikan mereka benar-benar mengorbit raksasa gas itu.

Dengan melakukan proses pencocokan objek yang terdeteksi pada malam yang berbeda selama 24 bulan, tim melacak 63 objek yang akhirnya mereka konfirmasikan sebagai bulan. Salah satu dari jumlah satelit itu kembali diteliti pada tahun 2021, sehingga tersisa 62 bulan yang diumumkan secara bertahap selama beberapa pekan terakhir.

"Melacak bulan-bulan ini membuat saya ingat memainkan permainan anak-anak Dot-to-Dot, karena kami harus menghubungkan berbagai penampakan bulan-bulan ini dalam data kami dengan orbit yang layak," kata Ashton dalam sebuah pernyataan.

Bulan Saturnus tak Beraturan

Bulan Saturnus yang baru ditemukan diklasifikasikan sebagai bulan tidak beraturan. Istilah ini mengacu pada objek itu tertangkap oleh pengaruh gravitasi planet, lalu mengorbitnya di jalur besar, datar, atau elips. Bulan lazimnya tidak mengorbit pada jalur-jalur tersebut.

Saturnus sekarang memiliki 121 bulan tidak beraturan bersama dengan 24 bulan regulernya. Bulan-bulan tidak beraturan cenderung mengelompok tergantung pada kemiringan orbitnya. Sistem Saturnus saat ini menampung tiga pengelompokan bulan, kelompok Inuit, kelompok Gallic, dan kelompok Norse yang memiliki banyak anggota.

Semua bulan Saturnus yang baru ditemukan tersebar pada tiga pengelompokan tersebut. Tiga dari bulan baru termasuk dalam kelompok Inuit, tetapi sebagian besar masuk dalam kelompok Norse.

Jupiter dengan bulan terbesarnya, Ganymede yang diambil pesawat antariksa Cassini NASA 3 Desember 2000. gambar: NASA

Jupiter mengkudeta Saturnus dan mengambil mahkota raja bulan pada Februari 2023. Saat itu, 12 bulan baru ditemukan di sekitar planet terbesar tata surya itu sehingga jumlah total bulan Jovian yang diketahui menjadi 92.

Tapi gelar raja bulan tidak ditetapkan di atas batu. Itu bisa berpindah tangan lagi karena teknik astronom untuk menemukan bulan terus meningkat setiap era.

× Image