Home > Sains

Penelitian: 'Manusia di Bulan' Jauh Lebih Tua dari Dugaan Awal Ilmuwan

Sebagian besar permukaan bulan 200 juta tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya.
Mare Imbrium, wilayah bulan yang berlubang kawah tempat tinggal 'manusia di bulan', jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Gambar: NASA/JPL/USGS
Mare Imbrium, wilayah bulan yang berlubang kawah tempat tinggal 'manusia di bulan', jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Gambar: NASA/JPL/USGS

ANTARIKSA -- Bagian dari permukaan bulan ternyata jauh lebih tua dari yang diperkirakan para ahli sebelumnya. Penelitian terbaru menemukan banyak kawah ikonik yang membentuk pola 'manusia di bulan' telah ada selama ratusan juta tahun lebih lama dari perkiraan awal. 'Manusia di bulan' adalah penampakan permukaan bulan yang mirip karakter wajah manusia dari sisi pandangan kita di bumi.

Bulan sendiri berusia lebih dari 4,5 miliar tahun. Ia terbentuk ketika asteroid besar atau benda planet menghantam Bumi yang masih muda, melemparkan bongkahan batu dan debu ke orbit. Namun, menentukan usia permukaan bulan cukup rumit, karena berbagai metode memberikan hasil yang berbeda.

Salah satu metode, penghitungan kawah, melibatkan penghitungan jumlah tumbukan di permukaan bulan dan memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk setiap penambahan bekas luka di bulan. Bulan tidak memiliki erosi dan lempeng tektonik yang biasa menghapus kawah di Bumi, sehingga permukaan bulan relatif tidak berubah selama ribuan tahun. Namun penghitungan kawah tidak selalu sesuai dengan hasil penanggalan yang diperoleh para ilmuwan dari penelitian langsung batuan bulan yang dibawa pulang misi Apollo silam.

Sekarang, para peneliti dengan susah payah mengkorelasikan hasil penanggalan dari sampel batuan bulan dengan situs tempat mereka dikumpulkan, secara efektif mengoreksi kesalahan antara kedua metode tersebut. "Apa yang kami lakukan adalah untuk menunjukkan bahwa sebagian besar kerak bulan sekitar 200 juta tahun lebih tua dari yang diperkirakan," kata anggota peneliti terbaru, Stephanie Werner, seorang ahli geologi di Center for Planetary Habitability University of Oslo. Penelitian yang dipresentasikan dalam konferensi geokimia Goldschmidt di Prancis pekan ini, segera dipublikasikan di The Planetary Science Journal.

Para peneliti memeriksa sampel yang dikembalikan dari permukaan bulan oleh misi Apollo, Luna, dan Chang'e. Kemudian, menghitung kawah di sekitar lokasi di mana bebatuan ini awalnya ditemukan untuk mengkorelasikan usianya dengan benar. Mereka juga menggeneralisasi informasi tersebut di seluruh permukaan bulan untuk mendapatkan perkiraan usia yang lebih baik dari area di mana satu-satunya informasi berasal dari jumlah kawah, bukan sampel batuan.

"Satu area yang lebih tua dari yang diperkirakan adalah Mare Imbrium. Kawah ini, kini dipenuhi aliran lahar halus, membentuk mata kanan (pola) 'manusia di bulan". Bukannya berusia 3,9 miliar tahun, kawah ini berusia 4,1 miliar tahun, lapor para peneliti.

"Ini adalah perbedaan penting. Ini memungkinkan kita mendorong kembali penelitian ke masa lalu periode pengeboman yang intens dari luar angkasa, yang sekarang kita ketahui terjadi sebelum aktivitas vulkanik ekstensif yang membentuk pola 'Manusia di Bulan'. Karena ini terjadi di Bulan, Bumi hampir pasti juga menderita pemboman sebelum ini juga," kata Werner.

Penelitian ini dapat membantu para ilmuwan menentukan dengan tepat geologi yang mungkin mengatur panggung untuk kemunculan kehidupan di Bumi, dan mungkin di Mars.

"Periode pengeboman yang begitu besar pasti telah memengaruhi asal mula dan evolusi awal kehidupan di Bumi dan kemungkinan planet lain seperti Mars," kata Audrey Bouvier, ahli planet eksperimental di Universitas Bayreuth, Jerman.

Bouvier, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, membawa kembali sampel batuan dari Kawah Jezero di Mars akan menjadi lompatan besar berikutnya untuk mencari tanda-tanda kehidupan purba di planet lain di Tata Surya. Sumber: Live Science

× Image