Home > News

Bukan Panah Biasa, Pemburu Zaman Perunggu Menambang Timah Meteor

Meteorit yang jatuh ke Bumi 3.500 tahun lalu dipahat menjadi mata panah.
Mata panah yang ditemukan di Swiss dibuat menggunakan besi meteoritik. Gmbar: zvg/Thomas Schüpbach
Mata panah yang ditemukan di Swiss dibuat menggunakan besi meteoritik. Gmbar: zvg/Thomas Schüpbach

ANTARIKSA -- Pada akhir 1800-an, para arkeolog menemukan mata panah di Zaman Perunggu yang tertinggal di Morigen, Swiss. Sejak itu, artefak berusia 3.000 tahun itu telah menjadi bagian dari koleksi di Museum Sejarah Bern.

Baru-baru ini, sebuah analisis mengungkapkan bahwa objek tersebut bukanlah mata panah biasa. Ia dibuat dari meteorit yang jatuh ke Bumi 3.500 tahun yang lalu, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science edisi September.

"Di luar terlihat seperti mata panah biasa yang dilapisi karat," kata penulis utama penelitian itu, Beda Hofmann.

Kepala dan kurator mineralogi dan meteorit di Natural History Museum of Bern itu mengatakan, analisis mereka terhadap mata panah menunjukkan bahwa masih banyak logam yang terawetkan di sana. Para peneliti menggunakan beberapa metode, termasuk tomografi sinar-X (pencitraan terkomputerisasi) dan spektrometri gamma (suatu proses yang mendeteksi bahan radioaktif yang memancarkan sinar gamma).

Analisis mereka menunjukkan mata panah seukuran telapak tangan tidak hanya mengandung isotop aluminium-26 yang secara alami tidak ada di Bumi, tetapi juga jejak paduan besi dan nikel yang konsisten dengan meteorit. Analisis tersebut juga mengungkapkan bekas gerinda saat meteorit itu dibentuk menjadi mata panah, dan sisa-sisa tar, yang kemungkinan untuk menempelkan titik ke batang panah.

Awalnya, para ilmuwan mengira artefak itu terkait dengan situs meteorit (kubangan sisa tabrakan meteor) Twannberg yang berusia 170.000 tahun. Namun, penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa konsentrasi nikel dan germanium (unsur kimia) di mata panah tidak cocok. "Itu bukan berasal dari meteorit yang saya duga," kata Hofmann.

Tidak putus asa, Hofmann dan rekannya merujuk database geologis yang mengungkapkan situs meteorit Kaalijarv di Estonia, yang terletak lebih dari 2.250 km jauhnya dari tempat ditemukan mata panah. Hasilnya, material di sana mengandung logam yang mirip dengan artefak tersebut dan mata panah tersebut berasal dari batu meteorit seberat 2 ton.

Hal ini membuat para ilmuwan menyimpulkan bahwa mata panah kemungkinan besar telah diperdagangkan di beberapa titik.

"Telah didokumentasikan dengan baik bahwa perdagangan terjalin dengan baik dalam jarak yang jauh selama Zaman Perunggu. Orang-orang awal ini mungkin tahu bahwa ketika tumbukan terjadi di sana pada 1500 SM, bahannya sangat berharga dan memiliki nilai," kata Hofmann.

Bahkan sampai saat ini, panah meteorit sangat langka, dengan hanya 55 objek yang diketahui ditemukan di Eurasia dan Afrika di 22 lokasi. Mulai 1 Februari 2024 hingga 25 April 2025, mata panah itu akan dipajang di Museum Sejarah Bern. Sumber: Space.com

× Image