Home > Sains

Tanah Longsor Membuktikan Air Pernah Mengelilingi Olympus Mons

Bukti gunung berapi Mars itu menjulang di atas lautan purba yang telah lenyap semakin kuat.
Tampilan perspektif miring Lycus Sulci dan Kawah Yelwa di Mars dihasilkan dari model medan digital dan saluran nadir serta warna dari Kamera Stereo Resolusi Tinggi di Mars Express ESA. Ini menunjukkan Kawah Yelwa di belakang, sedangkan medan Lycus Sulci yang keriput mendominasi latar depan. Fitur-fitur ini terletak di tepi gunung berapi terbesar di Mars, Olympus Mons. Gambar: ESA/DLR/FU Berlin
Tampilan perspektif miring Lycus Sulci dan Kawah Yelwa di Mars dihasilkan dari model medan digital dan saluran nadir serta warna dari Kamera Stereo Resolusi Tinggi di Mars Express ESA. Ini menunjukkan Kawah Yelwa di belakang, sedangkan medan Lycus Sulci yang keriput mendominasi latar depan. Fitur-fitur ini terletak di tepi gunung berapi terbesar di Mars, Olympus Mons. Gambar: ESA/DLR/FU Berlin

ANTARIKSA -- Bukti baru menunjukkan Olympus Mons pernah berbatasan dengan lautan Mars yang kemudian meninggalkan garis-garis penting di permukaan planet tersebut. Bukti gunung berapi Mars itu menjulang di atas lautan purba yang telah lenyap semakin kuat.

Para peneliti telah menganalisis gambar Olympus Mons di Mars, yang merupakan gunung berapi tertinggi di tata surya kita. Menurut peneliti, sebidang tanah di dekat wilayah utara gunung kemungkinan terbentuk ketika lava panas keluar dari puncak Olympus jutaan tahun yang lalu. Lava tersebut diperkirakan mengalir ke es dan air di kaki gunung sehingga mengakibatkan tanah longsor.

"Setidaknya beberapa dari tanah longsor itu pasti membentang sekitar 1.000 kilo meter dari gunung berapi dan mengecil saat mengeras selama ribuan tahun," kata para ilmuwan seperti dilansir Space.com, Senin, 28 Agustus 2023.

Meskipun ciri-ciri garis di Mars itu telah lama dipelajari, namun peran air dalam pembentukannya masih menjadi pertanyaan terbuka. Temuan baru ini menambah bukti pada teori bahwa air dalam bentuk cair pernah mengalir dengan bebas di Planet Merah. Saat ini, Mars menjadi dunia gurun yang sangat dingin, kecuali sisa-sisa es yang sebagian besar terkunci di dalam kutubnya.

Foto

Sebidang tanah kusut yang ditampilkan dalam gambar baru tersebut dikenal sebagai Lycus Sulci (Sulci adalah istilah geologi; bahasa Latin untuk alur paralel). Foto tersebut diambil pada Januari 2023 oleh pengorbit Mars Express milik Badan Antariksa Eropa (ESA). Saat itu, Mars Express merayakan dua dekade mengelilingi Mars sambil mencari tanda-tanda air bawah tanah.

Pengetahuan baru ini muncul setelah bukti geologi serupa yang ditemukan pada bulan Juli mengenai tebing raksasa di sekitar Olympus Mons. Para peneliti percaya tebing-tebing yang disebut lereng curam itu menandai garis pantai kuno yang di dalamnya terdapat cekungan besar tempat air cair pernah berputar. Hasil penelitian terbaru mendukung gagasan tersebut, menunjukkan bagian bawah gunung runtuh ketika es dan air di dasarnya menjadi tidak stabil saat bertemu dengan lava yang keluar dari dalamnya.

“Keruntuhan ini terjadi dalam bentuk batu-batu besar dan tanah longsor, yang tergelincir ke bawah dan menyebar luas ke seluruh dataran di sekitarnya,” tulis para peneliti.

Lycus Sulci, yang ditampilkan dalam gambar baru, membentang sejauh 1.000 km dari Olympus Mons dan berhenti sebelum mencapai Kawah Yelwa, mangkuk Mars sepanjang 8 km. "Alur yang menandai aliran lava di dekat Kawah Yelwa menunjukkan sejauh mana tanah longsor bergerak dari sisi gunung berapi,” kata para peneliti.

Meski menggiurkan, hasil baru tersebut tidak menyimpulkan apakah wilayah Lycus Sulci ramah terhadap kehidupan di Mars. Namun, di Bumi, studi penelitian pertama pada tahun 2019 menunjukkan jangkrik lava di Hawaii mampu bertahan hidup di tengah panasnya lava yang terik dan tak kenal ampun setelah letusan gunung berapi.

Meskipun kehadiran air cair di masa lalu Mars merupakan kabar baik bagi kehidupan secara umum, para ilmuwan berpendapat organisme hidup apa pun yang mungkin hidup di Mars akan musnah bersama hilangnya lautan. Hanya sedikit orang yang berpendapat organisme bersel tunggal mungkin berhasil berhibernasi jauh di dalam lapisan es planet ini, meskipun masih belum ada yang bisa menebak apakah mereka masih ada hingga saat ini. Sumber: Space.com

× Image