Mengenal Hercules-Corona Borealis, Struktur Terbesar di Alam Semesta
ANTARIKSA -- Tembok Besar Hercules-Corona Borealis menjadi kandidat terbaik untuk superkluster terbesar yang dikenal di alam semesta. Para astronom telah menghabiskan hampir satu dekade untuk memperdebatkan strukturnya.
Pada tahun 2013, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Istvan Horvath dari National University of Public Service di Hongaria mengumumkan untuk pertama kali Hercules-Corona Borealis Great Wall dalam sebuah simposium. Tembok Besar Hercules dipilih sebagai struktur terbesar di alam semesta dan bertahan hingga saat ini.
Entitas tunggal ini disebut sangat luas sehingga cahaya membutuhkan waktu sekitar 10 miliar tahun untuk bergerak melintasi seluruh strukturnya. Sebagai perbandingan, cahaya Matahari hanya butuh waktu 9 menit untuk menerangi kita di Bumi, dan alam semesta yang luas ini baru berusia 13,8 miliar tahun sampai 2022.
Para ilmuwan itu telah mempelajari fenomena kosmik singkat yang dikenal sebagai ledakan sinar gamma, yang diyakini berasal dari supernova, yaitu bintang masif yang meledak pada akhir masa hidupnya. Semburan sinar gamma dianggap sebagai indikasi terbaik keberadaan benda bermassa besar di alam semesta. Sebab, bintang-bintang besar cenderung berkumpul di lingkungan yang lebih padat.
Horvath dan rekan-rekannya menemukan, sinar gamma terkonsentrasi sekitar 10 miliar tahun cahaya ke arah konstelasi Hercules dan Corona Borealis. Tapi itu tetap menjadi teka-teki tentang bagaimana struktur besar itu muncul.
Menurut Horvath, struktur ini tampaknya bertentangan dengan prinsip kosmologi, atau bagaimana alam semesta terbentuk dan berevolusi. Prinsip yang dimaksud menyatakan, materi harus seragam bila dilihat pada skala yang cukup besar. Sayangnya, gugus Hercules-Corona Barealis tidak seragam.
"Saya akan berpikir struktur ini terlalu besar untuk ada. Bahkan sebagai rekan penulis, saya masih ragu," kata Jon Hakkila, seorang peneliti astronomi di College of Charleston di South Carolina dalam sebuah konferensi pers pada 2014 . Tapi, kata dia, hanya ada kemungkinan kecil atau jauh di bawah 1 persen, para peneliti melihat sinar gamma berlaku acak di lokasi itu. Artinya, sinar gamma itu harusnya berasal dari satu struktur.
"Jadi, kami percaya bahwa struktur itu ada," kata dia.
Menurut dia, bukan saja Tembok Besar Hercules, struktur lain juga terlihat melanggar homogenitas universal. Mereka adalah Sloan Great Wall dan Huge Large Quasar Group."Ada dua. Jadi, mungkin ada yang lain, dan beberapa memang bisa lebih besar. Hanya waktu yang akan menjawab."
Satu makalah tahun 2020 dari jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society menyebut, keberadaan Tembok Besar Hercules-Corona Borealis 'sangat diragukan'. Tulisan itu menduga bisa saja telah terjadi kesalahan statistik ketika ilmuwan menguraikan data yang sangat rumit. Tetapi, tim Istvan Horvath dkk juga menulis pada jurnal yang sama pada 2020 untuk memperkokoh temuan mereka. Baca: Hercules-Corona Borealis dan Sistem yang Menopang Alam Semesta
Sumber: Space.com