Home > Sains

Neptunus, Planet Kedelapan yang Menampung Badai

Neptunus memiliki angin super yang kecepatannya tak tertandingi di tata surya kita.
Gambar Neptunus ini diambil oleh Voyager 2 kurang dari lima hari sebelum pendekatan terdekat planet ini pada 25 Agustus 1989. Gambar: NASA/JPL-Caltech
Gambar Neptunus ini diambil oleh Voyager 2 kurang dari lima hari sebelum pendekatan terdekat planet ini pada 25 Agustus 1989. Gambar: NASA/JPL-Caltech

ANTARIKSA -- Neptunus adalah planet kedelapan yang mengorbit matahari di tata surya kita. Menurut Badan Antariksa Amerika (NASA), raksasa gas biru ini jauh lebih besar dari Bumi, mmiliki massa 17 kali lebih besar dan hampir 58 kali volume Bumi. Inti Neptunus yang berbatu dikelilingi oleh cairan campuran air, amonia, dan es metana.

Astronom Galileo Galilei adalah salah satu orang pertama yang mengidentifikasi Neptunus sebagai objek luar angkasa, walaupun ia menyebutnya sebagai bintang karena pergerakan Neptunus yang lambat. Sekitar dua ratus tahun kemudian, pada tahun 1846, astronom Prancis, Urbain Jean Joseph Le Verrier menghitung perkiraan lokasi Neptunus dengan mempelajari gangguan oleh gravitasi gerakan Uranus.

Pada saat yang sama Le Verrier menghitung keberadaan Neptunus, begitu pula astronom Inggris John Couch Adams. Kedua cendekiawan secara terpisah muncul dengan prediksi matematis yang hampir identik tentang keberadaan Neptunus.

Le Verrier kemudian memberi tahu rekannya, astronom Jerman Johann Gottfried Galle, tentang perhitungannya, dan Galle serta asistennya Heinrich d'Arrest, mengkonfirmasi prediksi Le Verrier dengan melihat dan mengidentifikasi Neptunus melalui teleskop di observatoriumnya di Berlin. Sesuai dengan semua planet lain yang terlihat di langit, dan seperti yang disarankan oleh Le Verrier, planet baru ini diberi nama dari mitologi Yunani dan Romawi, Neptunus atau dewa laut Romawi.

Hingga saat ini, baru ada satu misi yang diterbangkan untuk mendekati Neptunus, yaitu Voyager 2 pada tahun 1989. Saat ini, masih banyak misteri tentang planet biru yang sejuk ini, di antaranya soal anginnya yang begitu kencang dan mengapa medan magnetnya seimbang. Bukan saja karena dia berada di tata surya kita, para astronom juga mempelajari Neptunus untuk membantu penelitian tentang planet di luar tata surya. Secara khusus, para astronom tertarik mencari tahu kelayakhunian dunia yang lebih besar dari Bumi.

Seperti Bumi, Neptunus memiliki inti berbatu, tetapi atmosfernya jauh lebih tebal sehingga menghalangi keberadaan kehidupan seperti yang kita kenal. Para astronom masih mencoba mencari tahu pada titik mana sebuah planet besar mendapatkan banyak gas sehingga sulit atau tidak mungkin memunculkan kehidupan.

Seperti apa rupa Neptunus?

Senyawa yang belum teridentifikasi dan hasil penyerapan cahaya merah oleh metana di atmosfer planet ini sebagian besar hidrogen-helium. Jarak Neptunus dari matahari sangat jauh sehingga mendapat sedikit sinar matahari. Padahal sinar sang surya adalah energi yang menghangatkan dan menggerakkan atmosfer sebuah planet. Walau begitu, angin Neptunus dapat mencapai hingga 1.500 mph (2.400 km/jam), itu adalah angin tercepat yang terdeteksi sejauh ini di tata surya.

Angin ini sempat membuat badai gelap raksasa yang dilacak Voyager 2 di belahan selatan Neptunus pada 1989. Bintik Gelap Hebat berbentuk oval dan berputar berlawanan arah jarum jam itu cukup besar untuk menampung seluruh Bumi, dan bergerak ke barat dengan kecepatan hampir 750 mph (1.200 km/jam). Badai itu tampaknya telah lenyap ketika Teleskop Luar Angkasa Hubble berusaha mencarinya di kemudian hari. Sejak itu, Hubble telah menyaksikan kemunculan dan kemudian memudarnya Bintik-bintik Gelap Besar lainnya di Neptunus selama dekade terakhir.

Karena suhu dan tekanan tinggi yang ada di Neptunus dan Uranus, para ilmuwan meyakini ada karbon yang terkompresi dalam bentuk berlian di sana. Hal itu menyebabkan terjadi fenomena hujan berlian pada raksasa es ini.

Pada tahun 2017, para peneliti mensimulasikan kondisi yang akan menyebabkan berlian terbentuk di laboratorium. Pemodelan ini untuk mendukung hipotesis bahwa terjadi hujan berlian di Neptunus dan Uranus.

Neptunus dikelilingi oleh cincin yang tidak biasa. Cincin itu tidak seragam, tetapi memiliki gumpalan debu tebal yang disebut busur. Namun, cincin Neptunus disebut relatif baru dan berumur pendek. Pengamatan berbasis bumi yang diumumkan pada 2005 menemukan cincin Neptunus ternyata jauh lebih tidak stabil daripada yang diperkirakan sebelumnya. Menurut sebuah artikel di jurnal Icarus, beberapa cincin menyusut dengan cepat.

Kutub magnet Neptunus miring ke samping sekitar 47 derajat dibandingkan dengan kutub di mana ia berputar. Dengan demikian, medan magnet planet, yang sekitar 27 kali lebih kuat dari Bumi, mengalami ayunan tanpa arah selama dia berotasi.

Dengan mempelajari formasi awan di raksasa gas ini, para ilmuwan dapat menghitung bahwa sutu hari di Neptunus berlangsung kurang dari 16 jam. Orbit Neptunus yang berbentuk oval dan elips menjaga jarak rata-rata planet ini dari matahari hampir 2,8 miliar mil (4,5 miliar kilometer), atau kira-kira 30 kali lebih jauh dari Bumi. Hal itu membuatnya tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Neptunus mengelilingi matahari setiap 165 tahun sekali.

Setiap 248 tahun, Pluto bergerak di dalam orbit Neptunus selama lebih dari 20 tahun. Selama waktu itu, Pluto lebih dekat ke matahari daripada Neptunus. Namun demikian, Neptunus tetap menjadi planet terjauh dari matahari, sejak Pluto tidak lagi menjadi planet kesembilan karena diklasifikasi ulang sebagai planet kerdil pada 2006.

Sumber: Space.com

× Image