Home > News

Rusia Terus Diserang Soal Puing Sisa Pengujian Senjata Antisatelit

Puing-puing ASAT Rusia kini disebut membentuk badai yang berpotensi menabrak satelit aktif.
Simulasi demonstrasi ASAT Rusia pada November 2021. Sebagian besar puing dari peristiwa itu berada di orbit yang secara berkala sejajar dengan satelit di orbit sinkron matahari. Gambar: COMSPOC
Simulasi demonstrasi ASAT Rusia pada November 2021. Sebagian besar puing dari peristiwa itu berada di orbit yang secara berkala sejajar dengan satelit di orbit sinkron matahari. Gambar: COMSPOC

ANTARIKSA — Rusia telah menjadi bahan kritikan pedas dari komunitas astronom dan pejabat negara Barat dan Eropa sejak pengujian senjata antisatelit (ASAT) negara itu pada November 2021 lalu. Dalam Konferensi Transportasi Luar Angkasa pada 17 Februari, Rusia kembali menjadi sorotan tajam.

Puing-puing dari demonstrasi senjata antisatelit Rusia itu kini disebut menciptakan gelombang pendekatan jarak dekat dengan satelit aktif di orbit rendah Bumi. Dalam beberapa kasus, ada puluhan ribu puing yang terdeteksi dalam sepekan.

Peristiwa yang dijuluki badai konjungsi oleh perusahaan kesadaran situasi ruang angkasa, COMSPOC, pertama kali diketahui pada Januari. Perusahaan itu langsung menunjuk hidung Rusia karena menyebut badai konjungsi berasal dari keadaan unik uji senjata ASAT Rusia pada 15 November. Dalam pengujiannya, senjata itu berhasil menghancurkan satelit Cosmos 1408 dan menciptakan ribuan kepingan puing.

Badai itu dapat mengakibatkan ribuan kali pendekatan hanya dalam beberapa hari. "Pada pekan pertama April saja, akan ada 40.000 konjungsi yang kami prediksi murni dari satu peristiwa itu," kata Wakil Presiden dan Manajer Umum COMSPOC, Travis Langster dalam panel acara Konferensi Transportasi Komersial Luar Angkasa ke-24 tahun FAA pada 17 Februari 2022.

Lonjakan tersebut berasal dari interaksi puing-puing Cosmos 1408 dengan konstelasi satelit penginderaan jauh. Cosmos 1408 berada di orbit pada kemiringan 82,3 derajat, sementara banyak satelit penginderaan jauh berada di orbit sinkron matahari dengan kemiringan sekitar 97 derajat. Saat orbit berproses, puing-puing tumpang tindih dengan orbit satelit penginderaan jauh dalam arah yang berlawanan.

“Ketika mereka menyinkronkan, Anda memiliki badai yang sempurna, mereka berada di bidang orbit yang sama tetapi berputar berlawanan, melintasi satu sama lain dua kali orbit, lagi dan lagi,” kata Direktur Operasi dan Penelitian Terpadu di COMSPOC, Dan Oltrogge dalam sebuah wawancara. Badai itu berlangsung selama beberapa hari sampai orbit tidak sinkron.

COMSPOC pertama kali melihat lonjakan konjungsi pada awal tahun. Gelombang pertama itu memuncak pada sekitar 4.000 konjungsi harian, yang didefinisikan sebagai pendekatan dalam jarak 10 kilometer pada 2 Januari. Badai konjungsi kedua, memuncak pada sekitar 2.000 konjungsi sehari pada 25 Januari.

COMSPOC memperkirakan badai konjungsi pada awal April akan lebih kuat karena puing-puingnya bertemu dengan beberapa kubusat. Puncaknya bisa melibatkan lebih dari 14.000 konjungsi pada satu hari, yaitu 5 April. Badai lain diprediksi akan terjadi sekitar enam bulan kemudian, tetapi tidak akan sekuat pada April.

COMSPOC memproyeksikan bahwa, dalam badai konjungsi pada awal April, risiko tabrakan tidak terlalu tinggi karena banyak dari satelit tersebut berbentuk kubus. Pesawat ruang angkasa di luar orbit matahari juga akan terpengaruh, seperti konstelasi Starlink SpaceX.

Starlink SpaceX secara otomatis akan melakukan manuver penghindaran ketika merasa ada kemungkinan tabrakan 1/100.000. COMSPOC memperkirakan konstelasi Starlink akan melakukan sebanyak 80 manuver dalam sehari untuk menghindari puing-puing ASAT Rusia, dengan puncak di awal Maret.

× Image