Home > Politik

Ancam Balik Biden, Rusia: Mau ISS Jatuh di Amerika?

Biden mengatakan sanksi AS soal invasi Rusia ke Ukraina akan mengganggu program antariksa Roscosmos.
Direktur Jenderal Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) sekaligus mantan wakil perdana menteri Rusia, Dmitry Rogozin. Gambar: Foxnews
Direktur Jenderal Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) sekaligus mantan wakil perdana menteri Rusia, Dmitry Rogozin. Gambar: Foxnews


ANTARIKSA — Direktur Jenderal Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) sekaligus mantan wakil perdana menteri Rusia, Dmitry Rogozin menanggapi keras pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden. Saat mengumumkan sanksi terkait invasi Rusia ke Ukraina, Biden mengatakan pihaknya akan mengganggu program luar angkasa Rusia.

Dalam serangkaian tweet berbahasa Rusia, Rogozin mencatat, AS telah memblokir impor elektronik yang diperkeras radiasi dan mempersulit negara-negara Barat untuk mendapatkan peluncuran komersial roket Rusia. “Kami juga siap beraksi di sini,” katanya.

Rogozin juga mengajukan pertanyaan tentang masa depan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan perlakuan AS tersebut. "Apakah Anda ingin menghancurkan kerja sama kami di ISS?" kata dia. Dia mengingatkan, orbit ISS saat ini dipertahankan oleh tembakan energi pendorong dari segmen stasiun Rusia, terutama oleh Progress, pesawat antariksa kargo Roscosmos.

“Jika Anda memblokir kerja sama dengan kami, siapa yang akan menyelamatkan ISS dari deorbit (kehilangan orbit) yang tidak terkendali dan jatuh ke Amerika Serikat atau Eropa?” tanya dia.

Selama ini, kerja sama Roscosmos dan NASA saling menguntungkan di stasiun yang mengorbit Bumi tersebut. Sementara ISS bergantung pada segmen Rusia untuk propulsi-nya, segmen AS menyediakan kemampuan utama, seperti daya, yang tidak dimiliki segmen Rusia. Selain itu, pesawat ruang angkasa kargo Cygnus milik Rusia yang tiba di stasiun pada 21 Februari lalu juga akan membantu ISS. Pesawat Cygnus akan melakukan tes pada April untuk meningkatkan kembali kemampuan stasiun sebagai alternatif dari Progress.

Pada Kamis, 24 Februari kemarin waktu setempat, Presiden Biden mengatakan, sanksi negaranya akan mencakup program luar angkasa Rusia. “Kami memperkirakan bahwa kami akan memotong lebih dari setengah impor teknologi tinggi (dari) Rusia, dan itu akan memukul kemampuan mereka untuk terus memodernisasi militer mereka. Ini akan menurunkan industri kedirgantaraan mereka, termasuk program luar angkasa mereka,” kata Biden dalam pidato di Gedung Putih yang menguraikan sanksi baru kepada Rusia, Kamis, 24 Februari, sore waktu setempat.

Meski begitu, lembar fakta Gedung Putih yang dirilis 24 Februari tidak merinci sanksi atau pembatasan khusus untuk program luar angkasa Rusia. Pemerintah AS mengatakan pihaknya memaksakan penolakan ekspor teknologi sensitif di seluruh Rusia, terutama menargetkan sektor pertahanan, penerbangan, dan maritim untuk memutus akses Rusia ke teknologi mutakhir. Contoh teknologi tersebut termasuk semikonduktor, telekomunikasi, keamanan enkripsi, laser, sensor, navigasi, avionik, dan teknologi maritim lainnya.

“Kontrol yang ketat dan berkelanjutan ini akan memutus akses Rusia ke teknologi mutakhir,” tulis lembar fakta tersebut.

Pernyataan Biden membuat Badan Antariksa Amerika (NASA) juga angkat bicara. Menurut NASA, pembatasan ekspor itu tidak akan mempengaruhi pekerjaan mereka dengan Roscosmos. Baca: AS dan Eropa Sebut Kerja Sama Antariksa dengan Rusia Masih Aman.

“Langkah-langkah kontrol ekspor baru akan terus memungkinkan kerja sama ruang angkasa sipil AS-Rusia,” kata NASA. “Tidak ada perubahan yang direncanakan untuk dukungan agensi untuk operasi orbit dan stasiun bumi yang sedang berlangsung.”

Sumber: SpaceNews

Baca juga:

- Roscosmos Rusia: Kami Menghargai NASA, Tapi tidak dengan Amerika

- AS: Rusia Bisa Menyerang dari Luar Angkasa

- Transisi NASA dari ISS ke Stasiun Komersial Membuat ESA Merasa

× Image