Home > Bisnis

SpaceX Vs NASA Soal Starlink yang Mulai Meresahkan

SpaceX mengeklaim satelit Starlink telah dirancang supaya dapat menghindari tabrakan di ruang angkasa.
Satu set satelit Starlink generasi pertama diluncurkan. Menurut NASA, sistem Starlink generasi kedua yang diusulkan dengan 30.000 satelit dapat meningkatkan risiko tabrakan dan mengganggu misi sains. Gambar: SpaceX
Satu set satelit Starlink generasi pertama diluncurkan. Menurut NASA, sistem Starlink generasi kedua yang diusulkan dengan 30.000 satelit dapat meningkatkan risiko tabrakan dan mengganggu misi sains. Gambar: SpaceX

ANTARIKSA — Rencana perusahaan SpaceX meluncurkan 30.000 unit satelit Starlink generasi kedua (Gen 2) membuat Badan Antariksa Amerika (NASA) dan National Science Foundation sangat khawatir. Namun, dalam tanggapannya terhadap NASA, SpaceX mengaku tetap percaya diri bisa mengatasi semua kekhawatiran NASA atas gangguan yang akan dimunculkan oleh program komersial itu.

SpaceX saat ini sedang meminta izin dari Komisi Komunikasi Federal (FCC) AS untuk menempatkan sebanyak 30.000 satelit Starlink generasi berikutnya ke orbit. Permintaan itu memicu keberatan dan kritik dari berbagai pihak. NASA pada 8 Februari 2022 mengirim surat kepada Komisi Komunikasi Federal dan menguraikan kekhawatirannya tentang proposal SpaceX tersebut. Pada hari yang sama, National Science Foundation juga mengirim surat terpisah.

NASA mengatakan, proposal SpaceX untuk konstelasi Starlink generasi kedua dapat menyebabkan peningkatan signifikan dalam potensi tabrakan di orbit rendah Bumi dan akan mengganggu peluncuran dan kegiatan ilmiah. "Dengan peningkatan proposal konstelasi besar ke FCC, NASA memiliki kekhawatiran dengan potensi peningkatan yang signifikan dalam frekuensi peristiwa konjungsi dan kemungkinan dampak pada misi luar angkasa sains dan manusia NASA," tulis surat yang ditandatangani oleh Samantha Fonder, perwakilan NASA untuk Grup Transportasi Antariksa Komersial.

“NASA ingin memastikan bahwa penyebaran sistem Starlink Gen 2 dilakukan dengan hati-hati, dengan cara yang mendukung keselamatan penerbangan luar angkasa dan keberlanjutan lingkungan luar angkasa jangka panjang.”

Surat itu mengangkat beberapa masalah tentang konstelasi yang diusulkan SpaceX, terutama karena itu akan meningkatkan jumlah objek yang dilacak di orbit rendah Bumi (LEO) lebih dari lima kali lipat. “Peningkatan besar ini membawa risiko tambahan peristiwa tabrakan yang menghasilkan puing berdasarkan jumlah objek saja,” kata badan tersebut.

NASA mempertanyakan sistem penghindaran tabrakan otomatis yang dikembangkan SpaceX untuk satelit Starlink. NASA mempermasalahkan klaim SpaceX bahwa satelit Starlink berisiko nol tabrakan dengan pesawat ruang angkasa besar karena kemampuan manuvernya. “Dengan potensi beberapa konstelasi dengan ribuan dan puluhan ribu pesawat ruang angkasa, tidak disarankan untuk menganggap sistem propulsi, sistem deteksi tanah, dan perangkat lunak 100 persen dapat diandalkan, atau bahkan operasi manual (jika ada) 100 persen bebas kesalahan,” kata NASA.

Di luar risiko tabrakan dengan NASA dan satelit lainnya, badan tersebut mengatakan sistem Starlink Gen 2 dapat mengganggu misi sains. Satelit-satelit itu akan berada di bawah sebagian besar satelit sains Bumi NASA dan dapat menciptakan pantulan sinar matahari yang mengganggu instrumen satelit tersebut. Konstelasi Gen 2 juga dapat menggandakan jumlah gambar Teleskop Luar Angkasa Hubble yang berisi coretan satelit, yang saat ini 8 persen dari semua gambar.

Konstelasi juga akan berisiko mengganggu astronomi berbasis darat, khususnya pengamatan objek dekat Bumi sebagai bagian dari program pertahanan planet NASA. Dengan sistem Gen 2, NASA memperkirakan akan ada Starlink di setiap gambar survei asteroid yang diambil. Padahal, misi itu penting untuk pertahanan planet terhadap dampak asteroid berbahaya. "(Starlink) mengurangi efektivitas survei asteroid dengan membuat sebagian gambar tidak dapat digunakan."

Konstelasi Starlink juga akan mengganggu peluncuran. NASA mengatakan, sekitar 20.000 satelit Starlink akan berada di orbit di bawah Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sehingga mempersulit peluncuran misi kargo dan kru. NASA tidak menyatakan menentang lisensi FCC untuk Starlink Gen 2, melainkan menyoroti area yang perlu ditangani SpaceX. “NASA menghargai kolaborasi dan kemitraan SpaceX dalam mengatasi masalah terkait hingga saat ini," tulis NASA.

Jawaban SpaceX

SpaceX baru menanggapi surat NASA tersebut pada Selasa, 22 Februari. SpaceX menyatakan, mereka berkomitmen untuk keberlanjutan ruang angkasa. “SpaceX telah menunjukkan komitmen terhadap keselamatan ruang angkasa melalui tindakan, menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk memastikan bahwa semua kendaraan peluncuran, pesawat ruang angkasa, dan satelit kami memenuhi atau melampaui peraturan keselamatan ruang angkasa dan praktik terbaik,” tulis perusahaan itu.

Sebagai bukti komitmen itu, SpaceX mengeklaim merancang satelit yang sangat andal bermanuver, satelit yang benar-benar hancur saat masuk kembali ke atmosfer Bumi, dan menempatkan satelit awal di orbit yang sangat rendah untuk pengetesan. Kemudian, SpaceX mengoperasikan seluruh konstelasi pada ketinggian di bawah 600 kilometer sehingga secara alami akan masuk kembali ke Bumi dalam waktu 25 tahun setelah akhir masa pakainya, jika tidak sengaja dideorbit. Terakhir yang paling penting, SpaceX mengeklaim menggunakan sistem penghindaran tabrakan otonom.

Dalam pernyataan panjang itu, SpaceX kebanyakan mengulangi argumen yang sudah-sudah tentang keamanan keseluruhan sistem Starlink. Poin barunya, SpaceX mengatakan, satelit Starlink melakukan 3.300 manuver penghindaran tabrakan pada paruh kedua tahun 2021, dengan lebih dari 1.600 melibatkan pendekatan dekat dengan puing-puing dan 1.400 dengan satelit lain.

Setiap satelit Starlink dirancang untuk 'membungkuk' untuk menghindari potensi tabrakan. Susunan panel surya akan dirapatkan untuk membuat ukurannya sekecil mungkin terhadap objek yang mendekat. Menurut SpaceX hal itu dapat mengurangi kemungkinan tabrakan dengan faktor 4 hingga 10.

Dari lebih dari 2.000 satelit yang diluncurkan hingga saat ini, SpaceX mengklaim hanya 1 persen yang gagal setelah memasuki orbit operasionalnya. Perusahaan mengatakan, dapat mendeorbit satelit dalam waktu empat pekan dengan terlebih dahulu menggunakan propelan onboard untuk menurunkan orbitnya, kemudian memulai mode drag tinggi untuk memaksimalkan drag atmosfer untuk masuk kembali ke Bumi.

“SpaceX telah mendeorbit lebih dari 200 satelit dengan aman menggunakan pendekatan ini,” tulis perusahaan itu. “Dengan membangun satelit yang andal dan meminimalkan puing, merencanakan deorbit aktif, dan merancang demisabilitas penuh, kami memastikan kami menjaga ruang tetap lestari dan aman.”

SpaceX mengatakan, pihaknya memiliki kemampuan untuk membangun 45 satelit untuk satu peluncuran per pekan. SpaceX dalam pekan ini mengorbit 96 satelit Starlink dalam dua kali peluncuran. Peluncuran pertama dilakukan pada Senin, 21 Februari dengan mambawa 46 satelit. Perusahaan itu kembali meluncurkan paket satelit Starlink pada Jumat, 25 Februari dengan membawa 50 satelit. Baca: SpaceX Luncurkan 96 Satelit Starlink dalam Sepekan.

Sumber: SpaceNews


× Image