Home > Pertahanan

China Serukan Perlindungan Aset Ruang Angkasa, Amerika Panas

AS berharap China setransparan mungkin sehingga tidak ada eskalasi dan persepsi bahwa kemampuan untuk maksud ofensif.
Gambar dari kamera Tianhe A selama perjalanan ruang angkasa Shenzhou-13 pertama pada November 2021. Shenzhou-13 membawa tiga taikonot China ke Stasiun Antariksa Tiangong. Gambar: CMSA/CCTV/Akademi Ilmu Pengetahuan China
Gambar dari kamera Tianhe A selama perjalanan ruang angkasa Shenzhou-13 pertama pada November 2021. Shenzhou-13 membawa tiga taikonot China ke Stasiun Antariksa Tiangong. Gambar: CMSA/CCTV/Akademi Ilmu Pengetahuan China

ANTARIKSA — China menyatakan perlu mempercepat pengembangan kebijakan perlindungan aset ruang angkasa dan mekanisme koordinasi internasional terkait. Hal itu disampaikan oleh akademisi di China Academy of Space Technology (CAST), Yang Mengfei kepada Radio Nasional China, Kamis, 10 Maret 2022.

“Kita harus secara proaktif mempromosikan perumusan kebijakan perlindungan aset ruang angkasa, sehingga kegiatan perlindungan aset antariksa dapat didasarkan pada hukum, dan pada saat yang sama menyatakan pentingnya China ikut pada perlindungan aset antariksa,” kata dia.

Yang juga menyerukan pembentukan mekanisme koordinasi antara badan antariksa China dan badan tingkat nasional lainnya. Hal itu bertujuan mengomunikasikan orbit dan rencana penyebaran megakonstelasi dan informasi peringatan tabrakan di antariksa.

Tahun lalu China memberi tahu PBB bahwa stasiun luar angkasa yang diawakinya dua kali bermanuver untuk menghindari apa yang disebutnya sebagai potensi tabrakan dengan satelit Starlink milik SpaceX. Namun, pemerintah Amerika Serikat membantah adanya insiden tersebut.

Langkah-langkah lain yang diusulkan oleh Yang adalah pembangunan sistem pemantauan lingkungan terhadap puing-puing ruang angkasa. Kemudian, percepatan sejumlah proyek seperti penghapusan puing dan sampah antariksa. Hal ini termasuk kurangnya kemampuan pengamatan berbasis darat untuk mendeteksi puing dalam ukuran kecil.

Radar berbasis darat, teleskop optik, dan sistem laser digunakan secara beragam oleh entitas di seluruh dunia untuk mendeteksi, melacak, dan membuat katalog objek yang lebih besar dari lima hingga 10 sentimeter di orbit rendah Bumi (LEO). Namun, melacak objek yang lebih kecil sangat sulit. LeoLabs pada tahun 2021 mendirikan fasilitas radar array bertahap di Kosta Rika untuk memulai pelacakan objek sekecil dua sentimeter.

Badan Antariksa Eropa (ESA) memperkirakan ada 36.500 objek di orbit yang lebih besar dari 10 sentimeter. Sementara dalam ukuran 1-10 sentimeter ada 1.000.000 objek.

China baru-baru ini telah meluncurkan satelit mitigasi puing-puing antariksa. Mereka juga telah menarik satelit navigasi Beidou yang sudah tidak berfungsi dari orbit geostasioner. Sampah satelit itu dikirim ke orbit 'kuburan', yaitu ruang yang lebih tinggi dari jalur operasional pesawat ruang angkasa.

Yang berbicara kepada media dalam perannya sebagai wakil Kongres Rakyat Nasional. Itu adalah badan legislatif yang menjadi bagian dari sesi politik tahunan China yang sedang berlangsung di Beijing. Proposal tersebut seiring dengan percepatan tingkat peluncuran orbital China selama dekade terakhir dan peningkatan besar dalam operasional jumlah pesawat ruang angkasa, termasuk stasiun ruang angkasa berawak. Stasiun Antriksa Tiangong China saat ini diisi oleh tiga taikonot, salah satunya perempuan cantik. Baca: Hari Perempuan, Wanita Pertama China di Stasiun Antariksa Mengirim Pesan dari Orbit.

Administrasi Luar Angkasa Nasional China (CNSA) mendirikan Pusat Pemantauan dan Aplikasi Puing Antariksa pada tahun 2015 di Observatorium Astronomi Nasional, Akademi Ilmu Pengetahuan China.

Menanggapi Yang dan CNSA, Direktur Kantor Washington di Secure World Foundation, Victoria Samson mengatakan, secara umum, hal itu tampak seperti adaptasi China terhadap kemajuan lingkungan luar angkasa yang lebih rumit dan masuk akal. “Tetapi dalam hal ini, penting juga untuk setransparan mungkin sehingga tidak ada eskalasi yang tidak disengaja atau persepsi bahwa kemampuan ini dimaksudkan untuk bersifat ofensif,” kata dia kepada SpaceNews.

AS akhir-akhir ini memang menyoroti kemampuan antariksa China. Bahkan, militer AS menganggap China adalah potensi ancaman terbesar bagi AS dalam perang antariksa, setelah Rusia.

Baca:

- Laporan Intelijen AS: China dan Rusia Memiliki Senjata Kontra-Ruang Angkasa.

- Space Force AS Siapkan Pertempuran Antariksa untuk Menghadapi China.

- Angkatan Udara AS Lebih Khawatirkan China daripada Rusia.

Yang di CAST adalah pembuat pesawat antariksa utama di bawah kontraktor ruang angkasa utama milik negara, China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC). Dia mencatat bahwa ketika aset ruang angkasa China berkembang pesat, mereka juga menghadapi serangkaian risiko keamanan seperti pendekatan oleh pesawat ruang angkasa dari negara lain dan ancaman tabrakan dari puing-puing luar angkasa.

“Tahun lalu, seperti yang mungkin Anda perhatikan, stasiun luar angkasa kami didekati oleh dua satelit (SpaceX) saat berada di orbit, dan juga menghadapi risiko tabrakan puing antariksa. Jadi dalam konteks ini, dengan bertambahnya jumlah satelit kami, semakin penting dan mendesak untuk melindungi aset ruang angkasa,” kata Yang.

Menurut laporan CNR, jumlah satelit China yang beroperasi di orbit diperkirakan akan melebihi 400 unit pada tahun 2022. CASC bertujuan meluncurkan setidaknya 140 pesawat ruang angkasa di lebih dari 50 peluncuran tahun ini saja, termasuk enam misi untuk menyelesaikan modular stasiun ruang angkasanya.

“Ke depan, seiring berkembangnya industri antariksa nasional kita, jumlah pesawat luar angkasa akan meningkat dan risiko tabrakan akan semakin besar,” kata Yang. Baca: Pasukan Antariksa AS Rombak Sistem Komando, Fokus pada Ancaman China dan Rusia.

SpaceX dan OneWeb yang berbasis di Amerika dan Inggris adalah dua dari sejumlah perusahaan yang merencanakan konstelasi yang terdiri dari puluhan ribu satelit di LEO. Namun, China juga telah mengajukan rencana untuk megakonstelasi internet satelit LEO nasional berkekuatan 13.000 satelit.

Sumber: Space News

× Image