Home > News

AS Kumpulkan Kepala Militer Antariksa dari 15 Negara, Omongin China dan Rusia

Pejabat AS sebut China dan Rusia tidak akan mungkin berpartisipasi dalam pembahasan keamanan antariksa.
Jenderal John Raymond didampingi oleh Jenderal Australia David Gainer pada Maret 2022 saat mengunjungi Observatorium Surya Learmonth dan Stasiun Komunikasi Angkatan Laut Harold E. Holt Australia. Gambar: @SpaceForceCSO
Jenderal John Raymond didampingi oleh Jenderal Australia David Gainer pada Maret 2022 saat mengunjungi Observatorium Surya Learmonth dan Stasiun Komunikasi Angkatan Laut Harold E. Holt Australia. Gambar: @SpaceForceCSO

ANTARIKSA -- Amerika Serikat pekan ini akan menjadi tuan rumah pertemuan ke-3 Kepala Ruang Angkasa Militer internasional di Colorado Springs. Isunya tidak jauh dari yang biasa diungkap militer AS, yaitu kekhawatiran terhadap kekuatan antariksa Rusia dan China.

“Kami akan fokus pada bagaimana mematangkan kemitraan kami,” kata Kepala Operasi Luar Angkasa Angkatan Luar Angkasa AS, Jenderal John Raymond dalam sebuah wawancara di Simposium Luar Angkasa ke-37.

Pemimpin ruang angkasa militer yang ikut pertemuan adalah dari Australia, Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Republik Korea, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Raymond baru-baru ini mengunjungi komando luar angkasa Australia yang baru didirikan. Ia juga mendatangi situs pengawasan ruang angkasa di mana pasukan AS dan Australia beroperasi berdampingan.

Dia mengatakan, salah satu masalah yang diangkat oleh Australia dan sekutu lainnya adalah kebutuhan untuk mengembangkan aliansi. Kerja sama yang ingin dibangun itu di luar dari hanya berbagi data seperti biasa, tetapi lebih ke operasional nyata.

"Kami ingin benar-benar mencapai titik di mana kami mengembangkan kemampuan bersama-sama. Jadi kami akan terus melakukan percakapan itu dengan mitra terdekat kami,” kata dia.

Latar belakang pertemuan tersebut adalah meningkatnya kekhawatiran tentang keamanan dan keberlanjutan ruang angkasa. Salah satunya, kemungkinan Rusia akan mengulangi uji coba rudal anti-satelit destruktif yang dilakukan pada November 2021. Uji senjata itu dituding menciptakan awan besar puing-puing orbit.

“Banyak hal yang kami lakukan dengan mitra, mencari tahu apa norma perilaku yang bertanggung jawab,” kata Raymond.

Proposal telah ditulis tentang norma-norma itu. Namun, pada akhirnya kami menunjukkan perilaku yang aman dan bertanggung jawab dengan cara beroperasi. “Kita perlu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang domain luar angkasa dan itulah mengapa kemitraan di Australia dan tempat-tempat lain sangat penting,” katanya.

Pembicaraan internasional tentang keamanan luar angkasa akan segera dilakukan oleh kelompok kerja yang dipimpin PBB. Pejabat AS mengatakan, tidak mungkin Rusia atau China akan berpartisipasi dalam pembicaraan itu. Raymond menyinggung, bahwa negara-negara yang berpikiran sama dengan AS akan bergerak maju dalam upaya mempromosikan keamanan ruang angkasa. "Terus menunjukkan perilaku yang baik, dan mudah-mudahan, yang lain akan mengikuti," kata dia.

Arsitektur Antariksa AS

Raymond mengatakan, prioritas tinggi bagi Space Force AS adalah mentransisikan konstelasi satelit warisannya ke arsitektur yang lebih beragam. Hal itu untuk membuat mereka lebih sulit diganggu oleh musuh. "Dan itu akan membutuhkan hal-hal yang berbeda," kata dia.

Sumber: Space News

× Image