Home > Teknologi

Gonjang-Ganjing Badai Matahari Picu Kiamat Internet, Ini Fakta Sebenarnya

Penulis penelitian menyesal mengeluarkan istilah kiamat internet.
ilustrasi Parker Solar Probe, satelit yang mempelajari matahari. (NASA)
ilustrasi Parker Solar Probe, satelit yang mempelajari matahari. (NASA)

ANTARIKSA -- Belum lama ini, warganet dibuat heboh dengan pemberitaan kiamat internet yang diprediksi bakal terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Menurut informasi yang beredar, kiamat internet itu dipicu oleh badai matahari.

Benarkah demikian?

Kekhawatiran tentang kiamat internet itu mulai muncul di platform media sosial tidak lama setelah publikasi studi tahun 2021. Studi berjudul Solar Superstorms: Planning for an Internet Apocalypse menunjukkan bahwa badai matahari besar dapat merusak kabel internet di bawah laut yang membantu menggerakkan internet global.

Studi ini dipresentasikan pada konferensi komunikasi data pada tahun 2021 tetapi belum muncul dalam jurnal peer-review. Terlepas dari apa yang dikatakan banyak media sosial, kiamat internet seprtinya tidak akan terjadi.

Beberapa misinformasi yang berkembang adalah peringatan palsu dari NASA tetang kiamat internet. Klaim yang tersebar termasuk badai matahari yang akan datang yang akan memicu pemadaman internet global dalam dekade berikutnya.

Selain itu juga berkembang isu bagaimana satelit Parker Solar Probe milik Badan Antariksa Amerika (NASA) yang diluncurkan pada 2018 untuk mempelajari matahari dari dekat, dapat menyelamatkan internet dari kematian yang disebabkan oleh badai matahari.

Misinformasi ini telah dibantah. Hingga saat ini, NASA belum mengeluarkan peringatan apa pun tentang kiamat internet.

Sebagian besar hoaks mengacu pada artikel yang diterbitkan oleh NASA pada bulan Maret tentang upayanya memprediksi badai matahari menggunakan kecerdasan buatan. Dalam artikel itu atau di tempat lain di situs webnya, NASA tidak menggunakan istilah "kiamat internet".

Sebaliknya, istilah itu berasal dari studi tahun 2021 yang ditulis oleh Sangeetha Abdu Jyothi. Baru-baru ini dia mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia menyesal menggunakan frasa tersebut. Karena frasa itu, makalahnya "mendapat terlalu banyak perhatian".

'Kegaduhan' online itu juga diperkuat oleh penelitian peer-review dari awal tahun ini yang menunjukkan bahwa matahari dapat mencapai puncak aktivitasnya pada tahun 2024. Garis waktu ini setahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Meskipun para ilmuwan sebenarnya memperkirakan badai matahari besar akan terjadi setelah aktivitas matahari mencapai puncaknya, tidak ada bukti yang mendukung desas-desus viral bahwa badai matahari besar berikutnya akan menyebabkan internet offline.

Memang benar bahwa badai matahari berdampak pada jaringan listrik dan sistem komunikasi, namun studi lebih lanjut diperlukan untuk membuat pernyataan kuat mengenai kekuatan badai matahari.

× Image